Berkat keikhlasan itulah La Tahzan dicetak dalam jumlah besar dan bertambah laris. La Tahzan menyebar di mana-mana. Di Indonesia sendiri La Tahzan banyak dicetak tanpa ijin darinya.
Kasih Kembali Bertaut Dipayungi Rahmat Ilahi Diiringi Cinta Hakiki Menerusi Manhaj Salafi...
Carian@Eqmal
Wednesday, November 11, 2009
Aidh al-Qarni: Bahagia, Meskipun Tidak Mendapat Royalti La Tahzan
Aidh berasal dari kabilah Al-Qarni. Ayahnya, Abdullah al-Qarni, seorang ulama yang berkecukupan. Ia menyelesaikan S-1 sampai S-3 di Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud, Riyadh, Arab Saudi. Ia hafal seluruh isi Al-Qur’an, 5.000 hadis dan sekitar 10.000 syair Arab pada usia 23 tahun. Kecerdasannya itu mengantarkan Aid sebagai penulis produktif dan penceramah populer. La Tahzan meledak hampir di seluruh negara yang penduduk mayoritasnya Islam tetapi Aidh tidak menerima uang lagi dari bukunya itu. Banyak ulama menyarankan Aidh agar memperbarui kontrak buku La Tahzan karena ada semacam pelanggaran hak-haknya. Tapi Aidh belum melakukan apa-apa, ia menyerahkan semua kepada Allah. Aidh tidak menyesal atas keputusannya itu. Ia tetap merasa kaya. Berkat doa umat Islam, Adih menjadi semakin terkenal. La Tahzan telah memberi banyak manfaat pada umat manusia, hal itulah yang paling membahagiakan Aidh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment